Rabu, 15 Mei 2013

Rumpun Bahasa Melayu-Polinesia


Rumpun bahasa Melayu-Polinesia adalah sebuah cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia yang mencakup semua bahasa Austronesia yang dipertuturkan di luar Taiwan dan memiliki jumlah penutur sekitar 351 juta jiwa. Secara luas Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia (MP) terbagi dalam 2 subkelompok utama, Melayu-Polinesia Barat dan Melayu-Polinesia Tengah bagian Timur.
Adalah filsuf dan linguis asal Jerman Wilhelm von Humboldt yang tahun 1834, dalam buku yang sedang ditulisnya, Über die Kawi-Sprache auf der Insel Java ("Mengenaibahasa Kawi di pulau Jawa", 1836-39) menciptakan nama "Melayu-Polinesia" untuk menyebut rumpun bahasa yang bertebar dari pulau Madagaskar di barat sampai pulau Paskah di timur.
Zaman dahulu sebelum bahasa penduduk non-Han Tionghoa Taiwan dipelajari secara baik, bahasa Austronesia disebut sebagai bahasa Melayu-Polinesia secara keseluruhan.
Bahasa Melayu-Polinesia memiliki dua ciri khas, yaitu :
  • Suatu sistem awalan (prefix), akhiran (suffix), sisipan (infix) dan kombinasinya, dan
  • Reduplikasi (pengulangan keseluruhan atau bagian kata) untuk mengekspresikan berbagai nilai : pelemahan arti, pengulangan, pengembangan arti, keramaian dll.
Seperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Melayu-Polinesia memiliki entropi rendah; yang, teks itu sungguh terulang-ulang dalam ucapan pada frekuensi suara. Kebanyakan juga tak punya konsonan rangkap. Kebanyakan juga hanya memiliki sekelompok kecil huruf hidup, kelima huruf hidup seperti a, i, u , e, dan o ialah yang biasa dipakai.
Website www.ethnologue.com membagi bahasa Melayu-Polinesia dalam kelompok berikut :



Sumber : Wikipedia Indonesia
Read More

Diferensasi sosial berdasarkan Ras dan Etnik


Konsep ras memiliki banyak pengertian, bergantung pada tujuandan kondisi yang diperlukan. Dalam pemahaman masyarakat secara umum, ras dapat berarti golongan tertentu umat manusia berdasarkanciri-ciri biologis. Beberapa ahli sosial mengartikan ras sebagai suatu kelompok manusia yang dapat dibedakan dari kelompok lainnya karena ada beberapa karakteristik fisik atau lahiriah, seperti warnakulit, bentuk muka (mata, hidung, bibir, dagu), warna dan bentuk rambut. Misalnya, penggolongan ras mongoloid, negroid, atau punkaukasoid.
Tanah air Indonesia adalah negeri kepulauan yang terdiri atas kurang lebih 13.667 pulau besar dan kecil yang satu sama lain terpisah oleh lautan. Bangsa Indonesia yang majemuk terbagi-bagi atas kelompok-kelompok etnis, agama, status sosial dalam bentuk diferensiasi sosial yang merupakan pembagian sosial secara horizontal. Keanekaragaman bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungantempat mereka berada. Keanekaragaman tersebut berdasarkanpenggolongan sosial budaya, yang disebut perbedaan etnis.
Umat manusia yang menempati permukaan bumi telah digolongkanmenurut ciri lahiriahnya (ras) ke dalam dua golongan, yaitusebagai berikut.
Ciri-ciri kualitatif, meliputi warna kulit, warna dan bentukrambut, bentuk bibir, bentuk hidung, dan lain-lain.
·         Warna kulit, merupakan ciri yang paling tampak pada setiapras manusia. Warna kulit terdiri atas hitam (malanoderma)dan putih (leucoderma), serta variasi hitam dan putih,misalnya kuning (xanthoderma). Sebagai contoh, putih(Nordik), kuning (Tionghoa), cokelat (Dravia), kuningcokelat(Polinesia), cokelat-hitam (ras Negro).
·         Warna rambut terdiri atas hitam, cokelat, dan keemasan.
·         Warna mata terdiri atas hitam, cokelat, biru, hijau, dan abuabu.
·         Bentuk rambut terdiri atas bentuk lurus (leiotris), bergelombang(cymotris), dan seperti wol (ulotris).
·         Bentuk muka atau wajah, dapat dipengaruhi oleh tiga faktor,yaitu: 1) indeks muka, misalnya panjang, lebar, dan sedang;(2) bentuk tulang pipi;(3) prognatisme, yaitu derajat proyeksi muka di banding kanposisi kepala secara vertikal atau tegak;(4) bentuk dagu;(5) bentuk hidung, misalnya sempit (leptorrhine), sedang(mesorrhine), dan lebar (playhyrrhine).

Ciri-ciri kuantitatif, meliputi berat badan, tinggi badan, ukuranbadan, bentuk dan ukuran kepala. Untuk mengetahui ukurankepala (index chephalis), dilakukan dengan cara membagi lebarkepala dengan panjangnya, kemudian dikalikan seratus. Kepalamanusia terdiri atas tujuh bentuk, yaitu ultradolichocephalis,hyperdolichocephalis, dolichocephalis, mesocephalis, brachycephalis,hyperbracycephalis, dan ultra bracycephalis.
Untuk memudahkan Anda dalam mengenal ras, A.L. Kroebermembuat klasifikasi serta hubungan-hubungan antarras di dunia,sebagai berikut.
Ras Kaukasoid. Ras ini meliputi orang-orang kulit putih denganbeberapa variasinya yang diklasifikasikan ke dalam empatrumpun, yaitu sebagai berikut.
1.    Kaukasoid Nordik (Nordic Caucasoid): ukuran tubuh tinggi,rambut keemasan, mata biru, bentuk muka lonjong atauoval. Ras tersebut terdapat di daerah Eropa Utara sekitarLaut Baltik.
2.   Kaukasoid Mediterania (Mediteran Caucasoid): ukuran tubuhlebih pendek daripada Nordik, rambut cokelat dan hitam, matacoklat, bentuk muka bulat. Ras tersebut terdapat di sekitar LautTengah, Afrika Utara, Armenia, Saudi Arabia, dan Iran.
3.   Kaukasoid Alpin (Alpin Caucasoid): ciri-ciri tubuh antara tipeNordik dan Mediterania. Mereka terdapat di daerah EropaTimur dan Eropa Tengah.
4.   Kaukasoid Indik atau Hindu (Indic Caucasoid): ukurantubuh lebih pendek daripada Mediterania, warna kulitras Mong o loid (kuning dan coklat), tetapi bentuk mukaras Kaukasoid, mata hitam, rambut hitam, bentuk mukalonjong atau oval dan bulat. Mereka terdapat di Pakistan,India, Banglades, dan Srilanka.

Ras Mongoloid. Ras ini diklasifikasikan ke dalam tiga rumpun,yaitu sebagai berikut.
1.    Mongoloid Asia (Asiatic Mongoloid): warna kulit kuningpucat atau putih lobak, ukuran tubuh sedang, rambut hitamkejur, bentuk muka lonjong atau oval dan bulat, mata sipit.Ras tersebut terdapat di daerah Asia Utara, Asia Tengah,dan Asia Timur.
2.   Mongoloid Malaya atau Oceania (Malayan Mongoloid):warna kulit kuning kecokelatan, ukuran tubuh agak tinggi,bentuk muka lonjong atau oval dan bulat, mata biasa, rambuthitam lurus, dan bergelombang (ikal). Mereka terdapat didaerah Asia Tenggara, Kepulauan Indonesia, Malaysia,Filipina, dan penduduk asli Taiwan.
3.   Mongoloid Amerika atau Indian (American Mongoloid):warna kulit merah, ukuran tubuh tinggi, rambut hitam lurus,bentuk muka lonjong atau oval, mata sipit. Mereka terdapatdi daerah Amerika Selatan (penduduk Terra del Fuego) dandi Amerika Utara (penduduk asli Eskimo).
Ras Negroid, memiliki ciri khusus terutama warna dan bentukrambut (hitam dan keriting). Ras ini diklasifikasikan atas tigarumpun, yaitu sebagai berikut.
1.    Negroid Afrika (African Negroid): badan kekar dan tinggi,kulit hitam pekat, rambut hitam keriting, bentuk muka bulatatau tebal. Jenis ras ini terdapat di Benua Afrika.
2.   Negrito: ukuran tubuh pendek dan kekar, ukuran kakidan tangan pendek. Mereka terdapat di Afrika Tengah,semenanjung Melayu, dan Filipina.
3.   Negroid Melanesia (Papua Melanosoid): ciri-ciri tubuh antaraNegroid Afrika dan Negrito. Mereka terdapat di PulauPapua dan Kepulauan Melanesia.
4.   Austroloid: ciri-ciri tubuh hampir sama dengan NegroidAfrika. Kelompok ini merupakan ras penduduk asliAustralia: bertempat tinggal di daerah pedalaman, hidupsecara bergerombol dan berpindah-pindah. Saat inijumlahnya relatif sedikit dan semakin berkurang.
Ras-ras Khusus, adalah ras yang tidak termasuk ras induk(Kaukasoid, Mongoloid, Negroid). Ras ini diklasifikasikan kedalam empat rumpun, yaitu sebagai berikut.
1.    Bushman, memiliki ukuran tubuh sedang, warna kulitcoklat, rambut hitam keriting, mata lebar. Mereka terdapatdi daerah gurun Kalahari (Afrika Selatan).
2.   Veddoid, ciri-cirinya hampir sama dengan Negrito, ukurantubuh lebih pendek mendekati kerdil. Mereka terdapat didaerah pedalaman Srilanka dan Sulawesi Utara.
3.   Polinesoid, ukuran tubuh sedang, warna kulit cokelat,mata lebar, rambut hitam berombak. Mereka terdapat diKepulauan Mikronesia dan Polinesia.
4.   Ainu, memiliki warna kulit dan rambut ras Kaukasoid, tetapibentuk muka ras Mongoloid. Mereka terdapat di PulauHokaido dan Karafuko (Jepang Utara).

R. Soekmono menyatakan bahwa di India Belakang atau IndoCina bagian utara sejak zaman Mesolitikum sudah terdapat berbagairas, di antaranya golongan Papua, Melanosoid, Europoid, Wedoid,dan Mongoloid. Mereka kemudian bercampur dan menyebar keberbagai daerah termasuk Indonesia. Dengan demikian, sebenarnya penduduk kepulauan Indonesia terdiri atas ras-ras manusiayang berbeda (Mongoloid, Negroid, Kaukasoid). Masing-masingmemiliki ciri fisik tertentu yang berbeda, sebagai akibat pewarisanbiologi. Beberapa kalangan beranggapan bahwa orang-orang danras tertentu, ciri-ciri kepribadian tertentu, watak tertentu, bahkankebudayaan tertentu pula, tetapi pada kenyataannya tidak demikian.Terdapat kecenderungan pada banyak orang untuk mempertahankankemurnian ras dengan melakukan perkawinan di antara merekaatau beranggapan bahwa dirinya merupakan perwujudan rasmurni asli. Bangsa Indonesia tidak mengenal adanya ras murni darisuatu ras utama di dunia melainkan campuran dari ras-ras yanglain. Ras manusia yang menjadi penduduk Indonesia merupakansebagian dari keseluruhan ras manusia yang ada di dunia sehinggakebanggaan yang menjadikan dirinya ras yang unggul merupakankebanggaan semu yang hanya akan memecah belah bangsa. Olehkarena itu, perbedaan ras merupakan perbedaan lahiriah saja, sebagaibukti bahwa bangsa Indonesia beraneka ragam, tetapi kita adalah sebuah bangsa yang utuh.


Read More

Asal-usul Bahasa Austronesia

Mulanya istilah Austronesia tdk pernah dikenal, hingga saat Pertama kali mencapai pulau-pulau di Oceania, orang-orang Eropa pertama menyebutnya dengan sebutan Polynesia, (Charles de Brosses), juga saat Captain Cook mencapai Polynesia, dia mengatakan kawasan tsb adalah negara terbesar di dunia. Namun, pada awal abad 19, orang Eropa juga menyadari adanya persamaan antara Polynesia dan Orang "East Indies/Hindia Timur"(sebutan untuk Indonesia dan sekitarnya pada saat itu) dan mereka mulai memasukkannya ke dalam konteks polynesia. 

Kemudian para pelajar Eropa mencoba membelah dunia polynesia dan dunia Melayu(Nusantara) berdasarkan pengaruh budayanya, menjadi Malayo-Polynesia, dimana kebudayaan melayu lebih dipengaruhi unsur India dan Arab, sementara Polynesia lebih dipengaruhi kolonialisasi barat. Tetapi pada akhirnya mereka menggabungkan lagi 2 dunia tersebut dgn sebutan Austronesia. Dimana Secara Etimologi, kata Austronesia sendiri berasal dari bahasa latin "Auster" yang berarti angin selatan, dan bahasa Yunani "Nesos" yang berarti pulau, karena sebagian besar wilayah dimana penduduk Austronesia adalah pulau-pulau kecil di daerah Selatan / Tropis (kecuali Malaysia), dimana 4 daerah wisata Tropis yang disukai sebagian besar orang bule yaitu Seychelles, Bali, Hawai'i, dan Fiji, adalah wilayah Austronesia. 

Ada banyak Teory yg menyoal persebaran kebudayaan Autronesia itu sendiri Khusus Part I ini sy akan mengulas sedikit Persebaran Austronesia dr pendekatan Teory ‘Out of Taiwan’ dan Teori Linguistik oleh Bust 

4.500-3.000 SM : Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi, Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian utara yg kemudian memunculkan cabang Proto-Malayo-Polinesia (PMP). 
Read More

Sabtu, 11 Mei 2013

Suku Bugis



Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga bisa dikategorikan sebagai orang Bugis. Diperkirakan populasi orang Bugis mencapai angka enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara seperti di Malaysia, India, dan Australia.
Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang ini. Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya karena tidak ingin menanggung malu dan tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi setidaknya masih diingat dan dipatuhi.
Salah satu daerah yang didiami oleh suku Bugis adalah Kabupaten Sidenreng Rappang. Kabupaten Sidenreng Rappang disingkat dengan nama Sidrap adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Pangkajene Sidenreng. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.506,19 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 264.955 jiwa. Penduduk asli daerah ini adalah suku Bugis yang ta’at beribadah dan memegang teguh tradisi saling menghormati dan tolong menolong. Dimana-mana dapat dengan mudah ditemui bangunan masjid yang besar dan permanen. Namun terdapat daerah dimana masih ada kepercayaan berhala yang biasa disebut ‘Tau Lautang’ yang berarti ‘Orang Selatan’. Orang-orang ini dalam seharinya menyembah berhala di dalam gua atau gunung atau pohon keramat. Akan tetapi, di KTP (Kartu Tanda Penduduk) mereka, agama yang tercantum adalah agama Hindu. Mereka mengaku shalat 5 waktu, berpuasa, dan berzakat. Walaupun pada kenyataannya mereka masih menganut animisme di daerah mereka. Saat ini, penganut kepercayaan ini banyak berdomisili di daerah Amparita, salah satu kecamatan di Kabupaten Sidrap.
Di Sidrap pernah hidup seorang Tokoh Cendikiawan Bugis yang cukup terkenal pada masa Addatuang Sidenreng dan Addatuang Rappang (Addatuang = semacam pemerintahan distrik di masa lalu) yang bernama Nenek Mallomo’. Dia bukan berasal dari kalangan keluarga istana, akan tetapi kepandaiannya dalam tata hukum negara dan pemerintahan membuat namanya cukup tersohor. Sebuah tatanan hukum yang sampai saat ini masih diabadikan di Sidenreng yaitu: Naiya Ade’e De’nakkeambo, de’to nakkeana. (Terjemahan : sesungguhnya ADAT itu tidak mengenal Bapak dan tidak mengenal Anak). Kata bijaksana itu dikeluarkan Nenek Mallomo’ ketika dipanggil oleh Raja untuk memutuskan hukuman kepada putera Nenek Mallomo yang mencuri peralatan bajak tetangga sawahnya. Dalam Lontara’ La Toa, Nenek Mallomo’ disepadankan dengan tokoh-tokoh Bugis-Makassar lainnya, seperti I Lagaligo, Puang Rimaggalatung, Kajao Laliddo, dan sebagainya. Keberhasilan panen padi di Sidenreng karena ketegasan Nenek Mallomo’ dalam menjalankan hukum, hal ini terlihat dalam budaya masyarakat setempat dalam menentukan masa tanam melalui musyawarah yang disebut TUDANG SIPULUNG (Tudang = Duduk, Sipulung = Berkumpul atau dapat diterjemahkan sebagai suatu Musyawarah Besar) yang dihadiri oleh para Pallontara’ (ahli mengenai buku Lontara’) dan tokoh-tokoh masyarakat adat. Melihat keberhasilan TUDANG SIPULUNG yang pada mulanya diprakarsai oleh Bupati kedua, Bapak Kolonel Arifin Nu’mang sebelum tahun 1980, daerah-daerah lain pun sudah menerapkannya.
Adat panen:
Mulai dari turun ke sawah, membajak, sampai tiba waktunya panen raya. Ada upacara appalili sebelum pembajakan tanah. Ada Appatinro pare atau appabenni ase sebelum bibit padi disemaikan. Ritual ini juga biasa dilakukan saat menyimpan bibit padi di possi balla, sebuah tempat khusus terletak di pusat rumah yang ditujukan untuk menjaga agar tak satu binatang pun lewat di atasnya. Lalu ritual itu dirangkai dengan massureq, membaca meong palo karallae, salah satu epos Lagaligo tentang padi. Dan ketika panen tiba digelarlah katto bokko, ritual panen raya yang biasanya diiringi dengan kelong pare. Setelah melalui rangkaian ritual itu barulah dilaksanakan Mapadendang. Di Sidrap dan sekitarnya ritual ini dikenal dengan appadekko, yang berarti adengka ase lolo, kegiatan menumbuk padi muda. Appadekko dan Mappadendang konon memang berawal dari aktifitas ini.
Bagi komunitas Pakalu, ritual mappadendang mengingatkan kita pada kosmologi hidup petani pedesaan sehari-hari. Padi bukan hanya sumber kehidupan. Ia juga makhluk manusia. Ia berkorban dan berubah wujud menjadi padi. Agar manusia memperoleh sesuatu untuk dimakan, yang seolah ingin menghidupkan kembali mitos Sangiyang Sri, atau Dewi Sri di pedesaan Jawa, yang diyakini sebagai dewi padi yang sangat dihormati.
Tapi itu dulu. Ketika tanah dan padi masih menjadi sumber kehidupan yang mesti dihormati dan diagungkan. Sebelum akhirnya bertani menjadi sarana bisnis dan proyek peningkatan surplus produksi ekonomi nasional.
Sekadar mengingat kembali lebih dari 30 tahunan yang silam, pemerintah melancarkan program intensifikasi pertanian di desa-desa, yang dikenal dengan revolusi hijau dalam pembangunan pertanian. Program itu, di awal tahun 1970-an, populer dengan nama Bimas Padi Sawah. Nyaris tak ada satu jengkal pun lahan pertanian yang terhindar dari proyek berorientasi swasembada dan bisnis pertanian ini. Segala cara dilakukan para penyuluh dan pegawai Bimas, melalui ancaman maupun paksaan, agar para petani menjalankan program bimas. Kelompok-kelompok petani dibentuk. Modernisasi sistem pertanian dilancarkan. Hingga pengenalan varietas baru yang disebut-sebut sebagai ‘bibit unggul’ itu wajib ditanam.
Sejak saat itu pare riolo yang biasa disemai para petani ini mulai jarang ditanam. Dan digantikan dengan varietas ‘unggul’ padi sawah. Seperti padi Shinta, Dara, Remaja, yang merupakan produk persilangan yang dikeluarkan Lembaga Pusat Pertanian (LP-3) Bogor. Atau varietas unggul baru macam IR-5 dan IR-8 yang dikenal dengan PB-5 dan PB-8 yang hasil rekayasa Rice Researce Institute (IRRI). Teknik baru berupa mesin-mesin traktor juga menggantikan sistem pengolahan tanah yang mengandalkan tenaga sapi atau kerbau.
Seiring dengan modernisasi sistem pertanian dan orientasi pada aktifitas peningkatan “income” dan produksi nasional. Akhirnya ritual-ritual bercocok tanam yang rutin digelar, lambat laun mulai hilang. Lantaran sistem pertanian pendukung ritual itu semakin ditinggalkan. Tak ada lagi memanen dengan ani-ani. Tak ada lagi katto bokko. Tidak pula kelong pare dan mappadendang. Bersamaan dengan itu tiada lagi penghargaan terhadap sumber kehidupan. Praktek menanam tidak berurusan dengan anugerah Sangiyang Sri seperti yang diyakini selama ini. Tapi soal bagaimana produk pertanian dapat mengejar target produksi nasional yang diharapkan para penyuluh pertanian.
Mapadendang itu tradisi menumbuk padi. Dulu merontokkan padi itu dengan menumbuk. Sekarang sudah pakai mesin giling. Makanya mapadendang pun semakin jarang dilakukan. Padahal dalam ritual itulah rasa kebersamaan para petani muncul. Bahkan mappadendang menjadi tempat pertemuan muda-mudi yang ingin mencari pasangan hidup. Dalam ritual itu setiap pasangan mulai saling mengenal calon pasangannya, memperhatikan sikap dan tingkah lakunya.
Kini penghargaan terhadap padi sebagai sumber kehidupan sudah pudar. Orang-orang sekarang hanya berpikir bagaimana bibit itu bisa cepat tumbuh dan cepat panen. Meski demikian, tidak berarti program pembangunan pertanian masa pemerintahan Suharto yang berhasil mengubah kultur masyarakat pedesaan ini tanpa menuai reaksi dan protes. Di Sidrap, misalnya. Puluhan petani enggan beralih bibit padi baru. Di Kindang yang masuk wilayah Bulukumba, seorang petani bernama Karaeng Haji menantang seorang penyuluh pertanian yang mendatanginya. Cerita yang dituturkan Massewali ini justeru membuktikan hasil panen Karaeng Haji jauh lebih besar ketimbang hasil panen yang dijanjikan para penyuluh pertanian dari Bimas. Di banyak tempat di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah-daerah pertanian, kasus-kasus serupa tak sedikit jumlahnya.
Alasannya pun bermacam-macam. Dikatakan, misalnya varietas bibit baru unggulan itu kenyataannya cuma unggul sekali panen atau paling banter dua kali panen. Adapun untuk masa tanam berikutnya mereka harus mengganti bibit dengan cara membeli bibit baru melalui unit koperasi yang masih dijalankan secara ‘top-dawn’ pula. Tentu saja ini menyulitkan para petani yang harus bergonta-ganti bibit baru setiap musim tanam.
Respon yang lain juga diperlihatkan oleh komunitas Pakalu. Seperti dituturkan Mustari dan Halima, mereka menerima varietas bibit baru untuk sebagian persawahan mereka. Di pihak lain mereka juga tidak meninggalkan varietas padi lama yang lebih terbukti hasilnya. Dengan cara itu selain memperoleh hasil produksi yang melimpah, mereka pun masih bisa menjalani mappadendang. Ritual yang menjadi bagian dari penghayatan hidup mereka sehari-hari.
Di Kabupaten Sidrap dewasa ini, tradisi mappadendang digelar dengan acara makan bersama di balai desa yang dihadiri oleh tetua-tetua, pemuka adat, pemuka agama, tokoh masyarakat, dan semua petani-petani. Acara ini dimaksudkan untuk mensyukuri hasil panen mereka. Mereka mensyukuri rejeki yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepada mereka.
Adat pernikahan:
Pernikahan yang kemudian dilanjutkan dengan pesta perkawinan merupakan hal yang membahagiakan bagi semua orang terutama bagi keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Di Sulawesi Selatan terdapat banyak adat perkawinan sesuai dengan suku dan kepercayaan masyarakat. Bagi orang Bugis-Makassar, pernikahan/perkawinan diawali dengan proses melamar atau “Assuro” (Makassar) dan “Madduta” (Bugis). Jika lamaran diterima, dilanjutkan dengan proses membawa uang lamaran dari pihak pria yang akan dipakai untuk acara pesta perkawinan oleh pihak wanita ini disebut dengan “Mappenre dui” (bugis) atau “Appanai leko caddi” (Makassar). Pada saat mengantar uang lamaran kemudian ditetapkan hari baik untuk acara pesta perkawinan yang merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Sehari sebelum hari “H” berlangsung acara “malam pacar” mappaci (bugis) atau “akkorontigi” (Makassar), calon pengantin baik pria maupun wanita (biasanya sdh mengenakan pakaian adat daerah masing-masing) duduk bersila menunggu keluarga atau kerabat lainnya datang mengoleskan daun pacar ke tangan mereka sambil diiringi do’a-do’a untuk kebahagiaan mereka. Keesokan harinya (Hari “H”), para kerabat datang untuk membantu mempersiapkan acara pesta mulai dari lokasi, dekoasi, konsumsi, transportasi dan hal-hal lainnya demi kelancaran acara. Pengantin pria diberangkatkan dari rumahnya (Mappenre Botting = Bugis / Appanai leko lompo = Makassar) diiringi oleh kerabat dalam pakaian pengantin lengkap dengan barang seserahan ‘erang-erang’ menuju rumah mempelai wanita. Setibanya di rumah mempelai wanita, pernikahanpun dilangsungkan, mempelai pria mengucapkan ijab kabul dihadapan penghulu disaksikan oleh keluarga dan kerabat lainnya. Setelah proses pernikahan selesai, para pengantar dipersilakan menikmati hidangan yang telah dipersiapkan. Selanjutnya, para pengantar pulang dan mempelai pria tetap di rumah mempelai wanita untuk menerima tamu-tamu yang datang untuk mengucapkan selamat dan menyaksikan acara pesta perkawinan. Pada acara pesta perkawinan biasanya meriah karena diiringan oleh hiburan organ tunggal atau kesenian daerah lainnya. Keesokan harinya, sepasang pengantin selanjutnya diantar ke rumah mempelai pria dengan iring-iringan yang tak kalah meriahnya. Selanjutnya, rumah mempelai pria berlangsung acara yang samabahasa Bugis disebut ‘mapparola’.

Read More

SENJATA TRADISIONAL DAN PROVINSINYA

1. Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh Darussalam / NAD
Senjata Tradisional : Rencong


2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut
Senjata Tradisional : Piso Surit, Piso Gaja Dompak


3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar
Senjata Tradisional : Karih, Ruduih, Piarit


4. Provinsi Riau

Senjata Tradisional : Pedang JenaWi, Badik Tumbuk Lado


5. Provinsi Jambi
Senjata Tradisional : Badik Tumbuk Lada


6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel
Senjata Tradisional : Tombak Trisula


7. Provinsi Lampung
Senjata Tradisional : Terapang, Pehduk Payan


8. Provinsi Bengkulu
Senjata Tradisional : Kuduk, Badik, Rudus


9. Provinsi DKI Jakarta
Senjata Tradisional : Badik, Parang, Golok


10. Provinsi Jawa Barat / Jabar
Senjata Tradisional : Kujang


11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng
Senjata Tradisional : Keris


12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta
Senjata Tradisional : Keris Jogja


13. Provinsi Jawa Timur / Jatim
Senjata Tradisional : Clurit


14. Provinsi Bali
Senjata Tradisional : Keris


15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB
Senjata Tradisional : Keris, Sampari, Sondi


16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT
Senjata Tradisional : Sundu


17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar
Senjata Tradisional : Mandau


18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng
Senjata Tradisional : Mandau, Lunjuk Sumpit Randu


19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel
Senjata Tradisional : Keris, Bujak Beliung


20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim
Senjata Tradisional : Mandau


21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut
Senjata Tradisional : Keris, Peda, Sabel


22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng
Senjata Tradisional : Pasatimpo


23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra
Senjata Tradisional : Keris


24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel
Senjata Tradisional : Badik


25. Provinsi Maluku
Senjata Tradisional : Parang Salawaki / Salawaku, Kalawai


26. Provinsi Irian Jaya / Papua
Senjata Tradisional : Pisau Belati


27. Provinsi Timor-Timur / Timtim
Senjata Tradisional : Parang



Sumber : http://organisasi.org/nama_senjata_tradisional_khas_daerah_adat_budaya_nasional_kebudayaan_nusantara_indonesia
Read More

Rabu, 01 Mei 2013

Sejarah Bahasa Indonesia

          Bahasa Indonesia secara historis atau sejarah merupakan varian dari bahasa melayu yang kini juga digunakan di berbagai negara yang luas meliputi Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, bagiaselatan Thailand, bagian selatan Filipina, dan beberapa tempat di Afrika Selatan.
            Dari manakah asal mula bahasa Melayu itu? Apakah bahasa itu hanya dituturkan oleh etnis Melayu sejak berabad-abad lalu? Padahal etnis Melayu sendiri hanya sebagian kecil saja dari ratusan etnis di nusantara?
            Arkeolog Harry Truman Simanjuntak mengatakan, bahasa Melayu dan ratusan bahasa daerah lainnya di nusantara sebenarnya berakar dari bahasa Austronesia yang mulai muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Penyebaran penutur bahasa Austronesia, ujar Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) itu, merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa, Austronesia merupakan yang terbesar di dunia, meliputi 1.200 bahasa dan dituturkan oleh hampir 300 juta populasi. Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15 ribu km meliputi lebih dari separuh bola bumi, yaitu dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di ujung timur, dari Taiwan-Mikronesia di utara hingga Selandia Baru di selatan.
            Mengenai asal-usul penutur Austronesia, Harry mengatakan, ada beberapa hipotesa. Yang paling umum adalah hipotesa bahwa asal leluhur penutur Austronesia adalah Formosa (Taiwan) atau model “Out of Taiwan”. Arkeolog lainnya Daud A Tanudirjo menyebutkan, Robert Blust adalah pakar linguistik yang paling lantang menyuarakan pendapat bahwa asal-ususl penutur Austronesia adalah Taiwan. Sejak 1970-an Blust telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata protobahasa Austronesia
            Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
  1. Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
  2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
  3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
  4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
            Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa persatuan di Indonesia pada 28 Oktober 1928 dalam peristiwa yang disebut Sumpah Pemuda. Sejak saat itu, bahasa melayu yang digunakan di wilayah Indonesia sekarang mulai dinamai Bahasa Indonesia. Namun, secara resmi penyebutan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di Indonesia baru muncul pada 18 Agustus 1945 ketika konstitusi Indonesia diresmikan.
            Dari jumlah pemakainya di Indonesia, sebenarnya bahasa melayu bukan bahasa terbesar. Bahasa Jawalah yang merupakan bahasa terbesar dari segi pemakainya pada saat itu. Namun, bahasa melayu dipilih sebagai bahasa Indonesia karena bahasa ini sudah menjadi lingua franca atau bahasa pengantar di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara sejak ribuan tahun lalu. Salah satu buktinya adalah catatan inskripsi di Sojomerto, Jawa Tengah yang menggunakan bahasa Melayu kuna. Inskripsi ini tidak bertahun, tetapi menurut estimasi ahli dibuat pada pertengahan abad 7. Ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu pun sudah dikenal di Pulau Jawa sejak ribuan tahun lalu.
            Kita sebagai generasi muda penerus bangsa seharusnya tidak melupakan sejarah bahasa Indonesia itu sendiri, sehingga kita bisa menghargai para pendiri bahasa Indonesia itu sendiri serta melestarikan dan menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Read More

Minggu, 07 April 2013

Menemukan Antropologi Islam

    Jika antropologi modern lahir di tangan ilmuan Barat, terutama kalangan missionaris dan pegawai administrasi kolonial, itu tidak berarti bahwa antropologi adalah karya mutlak ilmuan Barat. Sejarah ilmu pengetahuan justru mengukir dengan tinta emas bahwa ilmuan Islamlah yang telah membangun dan menyusun konstruksi ilmu antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Tercatat nama-nama Ibn Khaldun, al Biruni, Ibn Bathuthah, al Mas'udi, al Idrisi, Ibnu Zubair serta Raghib al Ashfahani yang menulis kitab Tafshil 'n Nasyatain wa Tahshil 's Sa'adatain. Pada era modern ini, terdapat beberapa ilmuan Islam yang telah melakukan kajian antropologis, seperti Dr. Bintu Syathi, 'Abbas Mahmud al 'Aqqad, Dr. Aminah Nushair, Abdul Mun'im Allam, Muhammad Khadar, Dr. Zaki Isma'il, Dr. Akbar S. Ahmad, Kurshid Ahmad, Muhammad Iqbal, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Abul Wafa at-taftazani, Al 'Ajami dan ilmuan lainnya 22.

    Karya Ibn Khaldun, dengan teori-teori dan materi ilmiahnya, telah mendahului dan mengungguli karya-karya ilmuan Barat seperti Karl Mark, Max Weber, Vilfredo Pareto, Ernest Gellner dan ilmuan Barat lainnya.Teori pendulum swing Gellner, tipologi kepemimpinan (typologi of leadership) yang ditulis Weber, serta teori Pareto tentang sirkulasi kepemimpinan (circulation of elites) dalam masyarakat Islam, semua itu tak lebih dari modifikasi atas teori-teori dan pemikiran yang telah digagas oleh Ibn Khaldun. Meskipun amat disayangkan, usaha Ibn Khaldun tersebut tidak dilanjutkan oleh ilmuan pasca Ibn Khaldun.

    Menurut Akbar S. Ahmad, dari sekian ilmuan Islam yang telah mencurahkan pemikiran mereka dalam bidang antropologi tersebut, al Biruni berhak menyandang gelar Bapak antropologi. Tentang alasan pemilihan al Biruni sebagai Bapak antropologi dijelaskan dengan terperinci oleh Akbar S. Ahmad dalam tulisannya: Al-Biruni: The First Anthropologist 23. Al Biruni, menurut Akbar lagi, adalah ilmuan antropologi sejati dengan ukuran karakteristik yang paling tinggi sekalipun. Dan buku yang ditulis al Biruni tentang India yang berjudul Kitab Al Hind, terus menjadi salah satu referensi yang paling penting tentang Asia Selatan. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, adalah ilmu-ilmu yang lahir di tangan ilmuan muslim sekitar seribu tahun sebelum ilmuan Barat mempelajari ilmu-ilmu itu. Maka ketika umat Islam kembali mempelajari ilmu-ilmu tersebut, yang dilakukannya adalah semacam “menemukan kembali” apa yang sebelumnya dimiliki .
Read More

Antropolgi Modern di Dunia Barat

    Tulisan-tulisan para missionaris dan para petualang pada abad ke-18 dan 19, telah menjadi sumber tertulis yang amat penting tentang Afrika, Amerika Utara, daerah lautan tenang dan daerah-daerah lain di seluruh pelosok dunia. Materi-materi tertulis tersebut kemudian menjadi bahan dasar bagi karya-karya tulis pertama dalam ilmu antropologi di Barat pada paruh terakhir abad 19.

    Sebelumnya, kajian tentang sistem hidup manusia dan sumber-sumber pembentukan sistem tersebut telah dilakukan oleh ilmuan Barat, namun hal itu lebih banya didasari oleh hipotesa-hidpotesa. Demikian juga halnya pada paruh pertama abad 18, ketika Hume, Adam Smith, Ferguson, Montesquieu, Condarcet dan ilmuan lain menulis tentang kelompok manusia primitif. Meskipun tulisan mereka cukup bagus, namun ia tidak dihasilkan dari exprimen dengan variabel-variabel yang dapat diukur, malah lebih banyak dipengaruhi oleh pilsafat yang mereka anut.

    Pada penghujung abad 19 materi informasi yang besar tentang berbagai jenis manusia di seluruh dunia telah dapat dikumpulkan. Koleksi Sir James Frazer adalah yang paling terkenal dari sekian koleksi. Koleksinya tentang kepercayaan-kepercayaan dan ritus-ritus agama kemudian diterbitkan dalam beberapa seri dengan judul The Golden Bough 13. Materi-materi tersebut kemudian diperkaya oleh kajian-kajian yang terus dilakukan baik oleh missionaris maupun pegawai administrasi di negara-negara jajahan.

    Pada permulaan abad 20, ilmuan antropologi lebih banyak mencurahkan perhatian untuk melakukan field research secara langsung tentang kelompok-kelompok manusia. Kecenderungana ini menguat setelah A.C. Haddon melakukan penelitian di Melanesia, Radcliffe Brown melakukan kajian atas masyarakat andaman serta Malinowski mengkaji masyarakat kepulauan Torobrind.

    Setidaknya ada dua aliran dalam antropologi yang kemudian banyak mempengaruhi antropologi modern. Aliran pertama adalah aliran Inggris. Dengan memberi perhatin pada kajian tentang hakikat-hakikat, eksprimen, serta deskripsi yang amat teliti tentang objek kajian. Aliran ini dianut oleh banyak ilmuan Jerman dan Amerika. Dan aliran kedua adalah aliran Perancis, yang menggunakan metode holistic analytic intellectualism. 14) Namun demikian, menurut Akbar S. Ahmad, pakar-pakar antropologi sosial tetap saja hanya mencurahkan perhatian mereka pada sisi sosial kehidupan manusia. Atau hubungan antara sesama manusia dalam sebuah lingkungan masyarakat tempat mereka hidup. Sementara dimensi-dimensi lain yang demikian banyak tentang kehidupan sosial dan peradaban, mereka tinggalkan 15.

    Seperti disinggung sebelumnya, timbulnya antropologi modern tidak terlepas dari kepentingan kolonialisme. Ketika Napoleon menjajah Mesir, ia membawa serta sebanyak 150 ahli ilmu pengetahuan, sebagian dari mereka adalah ahli sosiologi dan antropologi. Dari tangan mereka kemudian diawali kajian-kajian antropologis terhadap negara-negara jajahan di Asia, Afrika dan negara-negara sekitar lautan teduh. Bukanlah sebuah kebetulan jika pakar-pakar antropologi Inggris yang paling terkemuka pasca perang dunia I dan II adalah mantan pegawai di negara-negara jajahan Inggris. Seperti Evan Pritchard, Leach dan Nadel. Bahkan yang terakhir, menggunakan kekuasaannya sebagai pejabat administrasi kolonial dalam penelitian antropologisnya dengan memerintahkan polisi kolonial untuk mengumpulkan penduduk sebagai objek questioner yang ia buat.

    Pengaruh pemikiran orientalis terhadap kajian antropologi dalam menatap dunia Timur juga cukup besar. Sehingga tak jarang tatapan yang dihasilkan oleh suatu kajian terhadap masyarakat Timur tampak buram. Dalam buku Orientalism, W.E. Said berkata tentang masyarakat Timur : bangsa Timur adalah bangsa yang tidak logis, mereka terbelakang serta kekanak-kanakan, dan mereka berbeda dengan kita. Sementara bangsa Eropa adalah bangsa yang stabil, bermoral tinggi, matang, dan tidak mempunyai kekurangan 16. Banyak orientalis, dalam melihat Islam, lebih senang menyebutnya sebagai kaumMuhammedanisme. Hal itu tampak pada judul buku H.A.R.Gibb Muhammedanism 17, dan Gustave E. von Grunebaum Muhammadan Festival 18. Dan Oxford Dictionary tetap menggunakan terma ini meskipun telah ditentang oleh umat Islam. Hingga saat ini, pengaruh orientalis terhadap antropologi tak kunjung menurun. Malah orientalis seperti A. J. Arbery, H.A.R. Gibb, Lewis, von Grunebaum dan M. Watt telah turut menyusun konsep-konsep metodologis bagi banyak kajian antropologi 19. Pengaruh ini tampak jelas pada banyak antropolog. M. E. Meeker, misalnya, dalam bukunya Literature and Violence in North Arabia 20 menulis tentang bangsa Arab (Islam): Peradaban Baduwi di bagian Utara Jazirah Arabiyyah mempunyai pemikiran bahwa kekerasan adalah pokok kehidupan politik. Dan dalam melihat keluarga, barang dan hubungan sosial, mereka cenderung melihatnya dalam kerangka yang dibatasi oleh kekerasan. Sikap seperti itu tidak aneh, karena Meeker banyak mengambil materi kajiannya dari Doughty yang amat membenci Islam.Demikian pula P. Jeffrey, ketika mengadakan kajian tentang wanita muslimah di Delhi, memberikan judul buku hasil kajiannya itu Frogs in a Well—kodok-kodok di dalam sumur 21. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah: Apakah Islam tidak mempunyai konsep antropologi, sehingga bisa menjadi alternatif antropologi Barat itu?. Kalaupun ada, apakah hal itu pernah diwujudkan dalam sebuah konsep keilmuan yang utuh?

Read More

Rabu, 20 Maret 2013

Bidang Budidaya Antropologi Forensik


Forensik antropologi pada dasarnya mengacu pada penerapan antropologi fisik dan ilmu tulang manusia dalam pengaturan hukum paling sering dimana tubuh berada dalam keadaan maju dekomposisi atau dikenali untuk beberapa alasan.
Jika Anda bertanya kepada saya antropologi forensik terdengar seperti istilah sangat rumit jadi mari kita membaginya dalam potongan kecil sehingga kita dapat lebih memahami ini metode ini bekerja dengan dari istilah ilmiah . Antropologi Kata berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti manusia dan logos yang berarti pengetahuan sedangkan forensik adalah istilah yang diterapkan pada spektrum yang luas dari ilmu untuk menjawab pertanyaan yang menarik bagi sistem hukum.
Meskipun Anda mungkin belum pernah mendengar tentang ahli antropologi forensik sebelumnya Anda mungkin pernah mendengar tentang pekerjaan mereka. Mereka adalah orang-orang yang melakukan rekonstruksi wajah dan usia perkiraan jenis kelamin tinggi badan keturunan dan menganalisis trauma dan penyakit korban menderita. Mereka adalah bagian yang sangat penting dari penyelidikan dan sering bekerja bahu-SDE dengan dokter polisi penyelidik TKP atau bahkan di pengadilan.
Dalam prakteknya forensik antropologi memiliki banyak hubungannya dengan ilmu tulang – studi tentang tulang manusia mengapa ini Karena tidak seperti kulit atau jaringan lunak lainnya tulang jauh lebih tahan dan dapat memberikan informasi berharga bahkan jika tubuh dalam keadaan maju dekomposisi. Identifikasi rangka sangat membusuk atau jenazah manusia lain tak dikenal ini penting untuk alasan baik yang legal dan kemanusiaan mengidentifikasi korban sangat penting dan merupakan salah satu prioritas utama bagi CSI. Mereka mampu melakukan ini karena bekerja dengan sisa-sisa manusia antropolog forensik dapat menilai umur jenis kelamin keturunan perawakan dan fitur unik dari orang yg meninggal dari kerangka.
Forensik antropologi ini tanpa diragukan lagi bidang yang berkembang namun meskipun demikian kebanyakan orang tidak bekerja semata-mata di bidang ini tetapi mereka lebih mengajar atau bertindak sebagai konsultan atau dibayar saksi di pengadilan atau hanya bekerja sebagai antropolog. Kompetisi yang sengit karena ada banyak orang yang sangat memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan ini yang hanya tersedia setelah Anda mendapatkan gelar master Anda – sebagai Sebenarnya dianjurkan Anda memulainya hanya setelah Anda mendapatkan PhD.
Kerja yang dilakukan cukup sederhana secara umum Ketika sisa-sisa skeletalized ditemukan salah satu kebutuhan untuk mendirikan pertama jika tulang adalah manusia. Jika demikian jenis kelamin ras umur tinggi badan berat dan setiap patologi dari kerangka baru diperoleh harus dibentuk untuk membuat identifikasi jenazah menentukan cara dan penyebab kematian dan jika pembunuhan mengidentifikasi si pembunuh. Ini adalah tugas dari Antropolog Forensik untuk mengejar thesematters membuat laporan dan mungkin bersaksi di pengadilan. Namun sebagian besar kali ini jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Read More

5 Kebudayaan Indonesia Yang Mendunia


  1. Angklung
Adalah alat music multitortal (bernada ganda) berasal dari pulau jawa bagian barat. Terbuat dari Bambu, dibunyikan dengan digoyangkan (Suaranya akibat benturan dua bambu).
Angklung Sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya, Penyerahan resmi sertifikat di Jakarta 19 januari 2011, Angklung pun sangat digemari di luar negeri
     2. Wayang Kulit
Wayang Kulit adalah Pertunjukan yang disukai presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), Wayang Kulit telah di akui UNESCO Sebagai warisan Budaya, bahkan orang luar pun ada yang menjadi dalang, sindhen, dsb.
     3. Tari Saman

Tari Saman adalah tari yang berasal dari Aceh, tari ini dibilang sudah mendunia karena dipilih oleh UNESCO sebagai warisan budaya. Diciptakan oleh Syekh Saman yang merupakan ulama yang menyebarkan agama islam di abad ke -14
     4. Tari Rateb Meuseukat

Tari Rateb Meuseukat adalah tari yang juga berasal dari aceh, tarian ini dilakukan oleh wanita sambil berbaris dan bernyanyi. Nama Rateb Meuseukat diambil dari basaha arab yaitu Ibadat Diam.
Diciptakan oleh Teungku Abdurrahim, sedangkan syair atau rateb diciptakan oleh Teungku Chik Di Kala
     5. Batik

Masyarakat dunia mengenal indonesia awal mulanya dari Batik, Batik yang ada di indonesia bentuknya macam-macam dan banyak sekali, tiap daerah pasti memiliki motif Batik tersendiri.
Batik telah diakui UNESCO pada tanggal 2 oktober 2009 lalu.

Itulah sekilas info dari5 Kebudayaan Indonesia Yang Mendunia, terimakasih atas kunjungan anda semoga bermanfaat


Read More

Wayang Kulit


Wayang kulit adalah salah satu kebudayaan Indonesia dari jaman dahulu kala. Wayang kulit.Wayang berasal dari kata Ma Hyang yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna bayangan, hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Wayang kulit sudah ada sejak jaman:
Wayang kulit Purwa pada jaman Mataram
Wayang kulit Purwa Pada jaman Kerajaan Kertasura Hadiningrat
Wayang kulit Purwa Pada jaman Kerajaan Surakarta Hadiningrat



Berikut adalah Nama-nama dari tokoh perwayangan yang ada diindonesia:
  • Kayon Gapuran
  • Kayon Kecil
  • Burung Jatayu
  • Kereta Kencana
  • Hanuman/Hanoman
  • Batara Kala
  • Kala Barasrewu
  • Kala Bendana
  • Kapi Cucak Rawun
  • Anggada
  • Hanila
  • Sugriwa
  • Subali
  • MegaNanda/Indrajid
  • Prabu Rahwana
  • Kumba Karina
  • Buta Patih
  • Resi Jamadagni
  • Prabu Rama Wijaya
  • Prabu Sri Harjuna Sasrabahu
  • Raden Sumantri
  • Sukrasana
  • Sang Hyang Wenang
  • Sang Hyang MAnikmaya
  • Bathari Durga
  • Sang Hyang Bayu
  • Tugu Weseba
  • Bethara Kamajaya
  • Prabu Puntadewa
  • Raden Brathasena
  • Raden Werkudara
  • Raden Harjuna
  • Raden Permadi
  • Raden Antareja
  • Raden Gathutkaca
  • Semar
  • Nala Gareng
  • Petruk
  • Bagong
  • Raden Angka Wijaya
  • Prabu Bomanarakasuma
  • Prabu Duryugana
  • Prabu Baladewa
  • Raden Kakrasana
  • Raden Wisatha
  • Dewi Setyawati
  • Dewi Sembadra
  • Dewi Drupadi
  • Bethari Uma
  • Dewi Arimbi
  • Dewi Antiwati
  • Dewi Wilutama
  • Dewi Kunthi
  • Dewi Bratajaya
  • Dewi Utari
  • Dewi Jembawati
  • Dewi Kausalya
  • Dewi Rukmini
  • Dewi Setyaboma
  • Dewi Surtikanthi
  • Dewi Mustakaweni
  • Dewi Larasati
  • Dewi Lesmanawati
  • Dewi Srikandhi
  • Dewi Banowati
  • Dewi Trijatha
  • Raden Setyaki
  • Raden Burisrawa
  • Ditwa Janggi Sranna
  • Buta Cakil
Sumber : http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/823/wayang-kulit
Read More